Friday, October 22, 2010

Rinduku untuk Bintang

Oleh: Rr. Sekar Rahayu D. Nindita, 15 th
(BWS Depok)




Kekuatan cinta melampaui batasan ruang dan waktu

Gadis itu bernama Cahaya. Ia sedang memandangi langit malam yang terbentang luas di hadapannya. Di atap rumah, ia berdiri. Setiap malam. Menghabiskan waktu yang terasa sangat panjang.

Cahaya menunggu bintang-bintang di langit tersenyum kepadanya, menghibur hatinya yang sedang dilanda kerinduan. Ya, Cahaya selalu merindukan bintang bintang, seperti ia merindukan Bintang, kekasihnya, cinta pertamanya, yang berada nun jauh di sana.

Enam bulan lalu, tepatnya di malam tahun baru, Cahaya merayakan acara tahun baru di luar rumah bersama teman-temannya. Gadis itu sangat gembira sekali, dan tidak pernah melepas senyum ceria di wajahnya. Kedua matanya berkilauan ketika melihat cahaya warna warni yang bersumber dari kembang api yang memercik memenuhi langit.

Tiba-tiba saja teman-temannya mengajak Cahaya pergi ke lapangan tempat kembang api dinyalakan.

“Konon katanya, sebelum menyalakan kembang api, bila kita membuat suatu permohonan, maka permohonan itu akan terkabul,” ujar teman-temannya.

Cahaya segera memejamkan mata, membuat permohonan. Entah kenapa, Cahaya spontan berdoa agar di tahun ini ia tidak merasa kesepian lagi, agar cinta selalu ada di dekatnya. Teman-temannya juga ikut make a wish dengan permohonan masing-masing. Setelah semua kembali membuka mata, segera mereka menyulutkan api ke ekor kembang api, lalu sedetik kemudian benda itu melesat ke angkasa, memercikkan cahaya gemerlapan di langit malam yang gelap tanpa bintang.

Cahaya memandang kagum ke arah langit malam yang bertabur sinar berbentuk bunga raksasa yang indah. Tak terasa ia berjalan mundur mengikuti arah memancarnya cahaya kembang api di angkasa. Dan…BRAKKK!

Tiba-tiba ia menabrak seseorang di belakangnya. Cahaya menoleh. Seorang cowok tampan sedang meringis kesakitan!

“Eh, ma..maaf! Gak sengaja!”

“No problem,” ujar cowok itu, ramah.

Dan seperti dalam adegan sinetron, mereka pun berkenalan. Cowok itu bernama Bintang, seorang keturunan Indo-Jepang. Entah kenapa, sejak pertama kali melihatnya, Cahaya sudah yakin kalau Bintang adalah orang yang akan mengangkatnya dari rasa sepi yang selama ini menggigit hari-harinya. Bintang adalah orang yang akan menyelimutkan cinta ke dalam kehidupan Cahaya. Bintang adalah cowok yang sengaja diutus oleh malaikat untuk mengabulkan permohonannya.

Ternyata benar. Keesokan harinya Bintang menyatakan perasaannya kepada Cahaya. “You’re my first love, Cahaya,” begitu ucap Bintang. Setitik air mata bahagia membayang di mata bening Cahaya. “Aku juga sama,” ujarnya sambil menyambut uluran tangan hangat dari Bintang.

Dan dimulailah hari hari yang penuh cinta. Permohonan Cahaya saat menyalakan kembang api tahun baru, telah didengar dan dikabulkan oleh malaikat. Ia bersyukur pada Tuhan yang telah memberinya sebuah karunia cinta yang indah. Sebagai putri tunggal di keluarganya, Cahaya kerap dihantui kesepian, dan kehadiran Bintang telah menjadi hadiah terindah dari langit.

Akan tetapi, kebahagiaan tak selamanya abadi bukan? Hidup terus berjalan dan selalu ups and downs. Itulah yang terjadi pada Cahaya. Bintang sang kekasih hati, mendadak harus pergi meninggalkan Jakarta. Cowok itu sudah lulus SMU dan akan melanjutkan kuliahnya ke Jepang – negeri di mana ayahnya telah dilahirkan.

Cahaya menangis. Kebersamaannya dengan Bintang terenggut tiba-tiba. Tapi apa yang bisa ia perbuat? Seandainya bisa, ia ingin mengikuti Bintang kuliah ke Jepang. Sayang sekali, orangtua Cahaya tidak mengijinkan. Mereka menginginkan sang putri semata wayang tetap tinggal dan meneruskan kuliah di Jakarta.

“Cahaya, aku minta maaf, kita harus berpisah. Ini demi masa depan kita. Tapi kurasa kita tetap bisa melanjutkan hubungan ini.”

"Kamu mungkin bisa, Bintang. Tapi aku tidak yakin long distance relationship akan berhasil. Aku…aku tidak yakin akan kuat. Aku akan menderita karena selalu teringat padamu, Bintang. Hidupku akan terasa sepi lagi." Cahaya berusaha meredam air matanya. Tapi air bening itu jatuh bergulir di kedua pipinya.

"Cahaya," Bintang menghapus air mata di pipi gadis itu dengan lembut. "Sejauh apapun jarak memisahkan, hati kita akan selalu berpautan. Pacayalah. Aku akan segera menyelesaikan kuliahku, dan kembali ke Jakarta untukmu.”

Akhirnya Cahaya berhasil mengalahkan keegoisannya. Ia mengangguk perlahan.
Bintang tersenyum lega. Lalu ia mengeluarkan sebuah kotak beludru merah dari saku celananya. Ia menunjukkan kotak itu kepada Cahaya, dan gadis itu langsung terpana melihat isi kotak itu. Sebuah cincin yang unik. Cincin yang seharusnya memiliki berlian di tengahnya, namun berlian itu seakan sengaja tidak dipasang.
“Jangan bingung dengan cincin ini,” ujar Bintang sambil memasangkan cincin itu di jari manis Cahaya. “Tidak ada berlian di cincin ini, namun ada penggantinya yang lebih baik, yaitu bintang. Kalau kamu mengarahkan cincin ini ke cahaya bintang, maka bintang itu akan menyampaikan rasa rindumu untukku. Percayalah!”

Malam ini…adalah malam ke-7 setelah kepergian Bintang. Cahaya berdiri di atap rumahnya, memperhatikan bintang-bintang yang bertabur di langit malam. Ia menatap satu bintang yang sedari tadi berkelap-kelip ke arahnya. Bintang itu seakan membisikkan sesuatu ke telinganya. Cahaya segera memandangi cincin emas putih di jari manisnya. Lalu ia menengadahkan cincin itu ke arah sang bintang, seakan-akan ia menjadikan bintang itu sebagai berlian yang bertahta di cincinnya.
Rasa rindu yang menggelora, air mata kasih sayang yang terpendam, dilapisi kekuatan cinta antara kedua insan yang terpisah, berhasil mengubah warna cincin itu menjadi merah muda.
Cahaya terkejut. Tapi ia lebih terkejut lagi ketika mendengar dering di handphone-nya. Tanpa melihat siapa yang memanggil, ia segera meraih ponselnya. “Halo?”
“Cahaya…” sebuah suara yang tak asing, mengiang indah di seberang sana.
“Bintang??” Cahaya seakan tak percaya apa yang sedang didengarnya. Ternyata bintang di langit telah menyampaikan rasa rindunya kepada sang kekasih. Perlahan air mata bergulir di pipinya.
“Hapuslah air matamu, Cahaya,” ujar Bintang. “Percayalah cinta kita takkan pernah terpisah. Karena cinta kita telah terpaut oleh pancaran ‘Cahaya Bintang’”

Based on true story. Copyright@2008 by BWS, dilarang meng-copy tanpa izin tertulis dari BWS