Oleh: Nurul Hakimah, 16 tahun
(BWS Garut)
Hi???
mmmmm .... bLh k'nALan gK??
gW bEn .... bEnny!!! U?('o )
*from +6814355527777
Sunday 10 Juli 2008
20:00 WIB*
“Sms nyasar lagi!" cetus Dinna. "Andai aja gue punya cowok pasti sms ini gak bakal gue bales," gerutu Dinna dalam kamarnya.
Dinna, seorang gadis yang duduk di bangku SMA kelas dua ini sering sekali merasa Tuhan tak adil padanya. Sebenarnya hati kecilnya selalu membuang jauh Jauh pikiran bahwa Tuhan tak menyayanginya. Tapi setiap kali ia melihat teman temanya yang jauh lebih beruntung (dalam hal asmara), dia lupa bahwa Tuhan memberikan kelebihan dan kekurangan pada tiap tiap manusia.
Percaya gak kalo dari orok sampe segede ini (17 tahun) Dinna belum pernah ngerasain pacaran???
Awalnya Dinna tidak pernah menghiraukan hal tersebut. Ia merasa masih banyak hal penting yang harus dilakukan daripada sekedar pacaran. Tapi ... jika melihat teman¬-temannya pergi bersama pacar masing masing ... rasanya dunia mau kiamat.
Kenapa ia jomblo? Dinna merasa itu karena ia kurang bergaul, punya wajah yang standar banget, ekonomi keluarga yang pas pasan (lho?), dan masih banyak tetek bengek lainnya.
“Gue bales dulu deh smsnya."
to : +681435527777
hI Jg gW dINna ......
Mungkin karena tidak pernah merasakan pacaran, Dinna mudah saja merasa tersanjung dengan pujian pujian dari pujangga pujangga dadakan dalam setiap sms yang dikirim mereka, padahal bertatap muka pun belum. Pacar SMS, begitulah istilah yang mungkin pantas disandang oleh orang orang yang tak jelas asal-usulnya itu. Dinna sudah beberapa kali ‘menjalin hubungan’ dengan mereka, tapi semuanya tidak ada yang bertahan lama. Mungkin cowok-cowok itu menganggapnya cewek yang membosankan atau entah apa. Dan sepertinya Dinna juga tidak merasa sedih ketika satu persatu pacar SMS-nya lost contact.
Kini stok pacar SMS yang ia punya tinggal beberapa orang saja – Randi, Melky dan Ben. Di antara ketiganya Ben lah yang paling sering menghubunginya. Ben meneloponnya setiap hari dan mengirimkan berpuluh puluh sms pada yang isinya cuma mengingatkan dan menanyakan hal-hal sepele, seperti: Udah makan belum? Udah mandi belum? Udah sholat belum? Atau: Kamu dimana? Sama siapa? Pulang jam berapa? Jaga kesehatan ya! Jangan lupa sholat biar Allah makin sayang sama kamu! Jangan kecapekan! Hati hati ya! ... dan msih banyak lagi.
Inilah yang membuat Ben mendapat tempat yang istimewa di hati Dinna. Sementara Randi dan Melky sepertinya hanya menghubungi Dinna jika mereka kebetulan lagi ingat atau lagi gak ada teman bicara.
Setelah beberapa minggu nge-date lewat SMS, Dinna dan Ben jadian. Tentu saja, karena mana bisa cinta tercipta sebelum melihat wajah pasangannya masing masing? Ya nggak? Meskipun keduanya udah saling mengumbar kata sayang, berbalas balas puisi sampai ke pantun-pantun yang romantis.
Dina merasa sangat nyaman jika bersama Ben ... Sangat nyaman.
Suatu malam sebelum tidur ia berdo'a.
" Tuhan ... maatkan aku telah menghujatmu, maafkan aku tidak mensyukuri nikmatmu, maafkan aku juga karena tidak menyadari betapa Engkau
menyayangiku...lewat kehadiran Ben."
Setelah mengucapkan do'a dina pun terlelap dalam tidur.
Matahari sudah menampakan sinarnya, tapi Dinna belum juga terbangun dari tidurnya. Mungkin ia sedang bermimpi. Hanya satu hal yang akan membuat
ia terbangun dengan cepat. Yaitu jika HP-nya berbunyi pertanda ada yang menelepon atau mengirim sms.
Dan sepertinya itu teriadi. SMS dina berbunyi dengan nada unik buatannya sendiri dengan cara merekam suaranya sendiri. Kurang dari lima detik Dinna sudah terbangun dan langsung memeriksa layer ponselnya.
dIN ... gW ng'Rasa klTa uDah dKTtttttttt bAngeT
bUktinya dikit dikit pASti mikiRin Lo....
gimN kaLO kiTA ketemUAn
wlTh LoVE bENn¬
*from: LoVELy bEn*
“Asyik,” Dinna bersorak gembira sampai-sampai tak ingat ia berjingkrak jingkrak di atas kasurnya. Akhirnya saat-saat yang dinanti tiba juga! Ia dan Ben akan ketemuan, lalu menjadi pacar sungguhan. Ah, akhirnya status jomblonya bakalan cepat berakhir hehehe…
Ada sms baru dari Ben.
gW tuNggU di cafe Lezatos jam 02:00
hari minggU
gW paKe:
kEmEja birU kotak kotak
jelana Jeans biRu
baWa bUnga mAwar
Nb : kALo LO udah Nyampe tElp gW Za
OkKkkks
*from: LoVELy bEn*
Hari Minggu yang dinanti akhirnya datang juga. Setelah menghabiskan dua jam untuk dandan dan memilih-milih pakaian, Dinna bergegas pergi ke cafe Lezatos untuk menemui pangerannya. Hatinya deg-degan tidak karuan.
Sesampainya di sana, Dinna merasa bingung. Terus terang ini pertama kalinya dia pergi ke cafĂ©. Suasananya begitu remang-remang, hangar binger oleh musik, dan sedikit…menakutkan.
Dinna memutuskan untuk menelepon Ben tapi pulsanya habis. Kalau beli pulsa dulu, gak mungkin ... Akhirnya ia mencari Ben dengan ciri ciri
yang dikasih tahu di SMS.
Beberapa detik kemudian, pandangan Dinna mampir pada seorang cowok tampan yang terus¬terusan melihat jam tangannya. Cowk itu seperti sedang menunggu seseorang.
Dinna mendekat.
Kemeja biru kotak kotak, celana jeans, membawa bunga mawar. Inikah Ben?
"Ben? Benny?" Dinna memanggil Benny dengan lirih dari arah sebelah kiri.
"Dinna?" Tanya cowok itu sebelum membalikan badan.
"Iya, aku Dinna."
Ben pun membalikan badannya dan ... sungguh di luar dugaan. Dinna begitu terpesona melihat Benny yang berdandan rapi dan keren. Tapi Benny malah sebaliknya melihat dandanan Dina yang biasa saja dan jauh dari yang diharapkan.
Dia terlihat malu dan tidak ramah.
"Ayo duduk," ajak Benny.
"Benny, aku seneng banget ketemu kamu," cetus Dinna polos
"Iya makasih," jawab Benny singkat. Sikapnya berbeda 180 derajat dengan saat menelepon atau SMS-an.
Tapi Dinna kurang menyadari sikap Ben. Dinna merasa Benny grogi karena ini adalah pertemuan mereka yang pertama kali. Ahh, lain kali pasti lebih menyenangkan, harapnya.
Keesokan harinya, Dinna menunggu sms dari Ben, tapi tak kunjung datang. "Ah, mungkin Benny masih malu untuk sms," pikir Dinna positif.
Sudah satu minggu, tapi Ben belum juga menghubungi. "Ah, mungkin Ben sedang gak punya pulsa," pikir Dinna.
Sudah satu bulan Ben juga tidak menghubungi Dinna. "Ah, mungkin Ben sibuk, dia kan lagi nyiapin skripsi," pikir Dinna.
Dua bulan berlalu tapi Ben masih tidak menghubungi Dinna. "Ah, mungkin dia ... tidak bisa menerimaku apa adanya," pikir Dinna, dengan hati perih dan sesak.
Based on true story
Copyright@2008 by BWS, dilarang meng-copy tanpa izin tertulis dari BWS