oleh: Dwisyah Nabila, 13 tahun
(BWS Garut)
Cinta pertama tidak hanya menciptakan kenangan
Ia membentuk sebuah kehidupan
Suasana kelas yang gaduh menjadi hening seketika. Wajah siswa-siswi berpakaian putih abu yang tadinya penuh keceriaan, berubah menjadi serius. Bagaimana tidak? Di hadapan mereka sudah berdiri Keigo, guru bertampang jutek yang paling disegani murid-murid satu sekolah. Tangan kanan pria muda itu memegang setumpuk buku matematika, tangan kirinya membawa sebuah penggaris kayu panjang, siap untuk menunjuk siswa yang tidak mengerakan PR. Siapa yang ketahuan tidak mengerjakan PR, akan ditunjuk mukanya oleh penggaris itu dan disuruh maju ke depan untuk mengerjakan soal dadakan di papan tulis. Meski tak pernah melakukan kekerasan fisik, tampang Keigo yang anti senyum, dan penggaris panjangnya itu, cukup membuat para murid takut dan segan.
Seperti biasa, Keigo meletakkan tumpukan bukunya di atas meja. Ia mengeluarkan kalkulator kecil dari saku celananya. "Baiklah. Hari ini kita ulangan."
Semua murid menahan napas. Ulangan dadakan! Belum ada persiapan, wah ... kacau deh. Kelas jadi gaduh. Dengan wajah panik, para murid langsung mengeluarkan buku catatan dan membacanya ekspres. Namun baru beberapa detik membaca, Keigo sudah menggebrak meja dengan penggarisnya. “Masukkan buku kalian ke dalam tas. Ulangan akan dimulai. Sekarang!”
Beberapa siswa mengerang. Tapi perintah sang guru tak bisa ditawar. Tanpa basa-basi, ulangan pun dimulai. Berbeda dengan guru lain, Keigo tidak membagikan soal ulangan. Ia hanya mengutak atik kalkulatornya. Dan dalam beberapa detik ia dapat membuat soal ulangan yang menurut para murid adalah soal yang susah. Keigo memang terkenal sebagai guru yang jenius. Saking jeniusnya, dia berhasil membawa beberapa murid sekolah ini memenangkan olimpiade Matematika tingkat nasional.
Keigo masih muda. Tapi dia guru yang tegas. Dia senang melakukan ulangan dadakan agar para murid selalu disiplin dalam belajar. Akan tetapi, dia punya satu kelebihan yang disukai para murid. Jika menerangkan pelajaran, mudah dipahami oleh semua murid. Serumit apapun soal matematika, bila diterangkan olehnya, pemecahannya akan terasa mudah. Tapi ya itu tadi. Dia orangnya jutek, bisa dibilang agak killer malah. Bila siswa mengajak bercanda atau tertawa, ekspresi wajahnya tidak berubah. Sepertinya bagi Keigo, senyum adalah uang – harus dihemat dan jangan dihambur-hamburkan!
Ati adalah seorang cewek kelas 2 SMA dan salah satu murid Keigo. Ia punya teman sebangku bernama Luna.
Luna ... Luna ... Banyak banget cowok yang suka padanya, tapi gadis itu tidak pernah menanggapi. Semua cowok yang suka pada Luna selalu menitipkan salam atau surat pada Ati.
Suatu hari, saat jam istirahat.
"Nih, Lun. Ada surat dari Doni," Ati memberikan sebuah amplop berwarna merah muda pada Luna. Tapi cewek cantik itu tidak menanggapi. Ati memandangi wajah sahabatnya dengan heran.
"Kok gak diterima sih, Lun? Kan kasihan! Minimal suratnya dibaca kek. Belum apa apa langsung ditolak," kata Ati sambil mengingat kejadian tempo hari saat Luna menolak cinta Idam tanpa sedikitpun membaca suratnya.
Luna memandang Ati dengan perasaan kesal. "Ti, berapa kali sih aku harus ngomong. Aku tuh gak suka sama cowok cowok itu. Aku udah terlanjur jatuh cinta sama orang lain!"
"Iya aku tahu. Tapi basa basi dikit kek. Ngomong kek ke Doni kalau lo nggak suka sama dia,” ujar Ati, rada-rada nyesek. Duh, segitu gampang ya bilang nggak suka sama cowok?
“Emangnya siapa sih cowok yang kamu suka itu, Lun? Cerita dong!" Ati jadi penasaran.
"Ehm..eh ... sebenarnya... ehmm,"
"Ehm ehm mulu, sebenarnya siapa?" desak Ati.
"Sebenarnya aku jatuh cinta sama... sama Pak Keigo."
"Inalillahiwainailaihirojiun…," Ati memasang tampang kaget.
"Huuss, kok ngomongnya gitu!" bibir tipis Luna mengerucut.
"Beneran, Lun? Kamu gak bercanda kan?"
Luna mengangguk pasti. Ati hanya menggeleng gelengkan kepala. Ia benar benar gak habis pikir, memangnya Pak Keigo itu belum punya istri alias masih bujangan? Kalaupun masih single, masak sih harus Luna yang fall in love sama dia! Luna itu cantik, baik, pintar lagi. Sedangkan Pak Keigo? Wajahnya biasa biasa aja tuh, jutek pula. Masa cuma gara gara Pak Keigo jenius, lalu Luna jatuh cinta padanya.
Huekk! Meskipun gue nggak secantik Luna, gue males tuh jatuh cinta sama Pak Keigo, batin Ati narsis.
Luna dan Keigo hanya bertemu saat jam pelajaran matematika. Tak ada momen khusus yang memungkinkan mereka bisa berduaan dan romantis-romantisan. Ahh, Ati benar benar tidak habis pikir, apa Luna serius dengan perkataannya? Apakah Luna berkata begitu hanya agar cowok cowok berhenti mengejarnya? Ati jadi penasaran, ingin mencaritahu perasaan Luna yang sebenarnya. Ia mulai memperhatikan tingkah laku dan gerak gerik Luna.
Ternyata sepertinya benar. Ketika Keigo mengajar, Luna memperhatikan sosok pria itu dengan serius. Ia seperti sedang melihat ke dalam wajah Keigo dan membaca isi hatinya. Mata gadis itu tidak berkedip, seakan sedang melihat sesuatu yang menakjubkan. Rupanya Luna sangat suka memandangi wajah sang guru tanpa sepengetahuan lelaki itu. Ia juga rajin datang pagi-pagi sekali jika jam pertama adalah matematika. Padahal tidak begitu bila jam pertama diisi mata pelajaran lain.
Seperti hari itu. Luna datang pagi-pagi sekali, kemudian ia berdiri di depan pintu gerbang sekolah yang terbuka lebar. Luna terus berdiri di situ, hingga Keigo datang dengan motor vespanya. Setelah gadis itu berhasil melihat wajah sang guru, barulah ia pergi meninggalkan tempat itu. Ati heran, kalau memang suka, mengapa Luna tidak berusaha untuk menyapa Pak Keigo dan hanya berdiam diri saja? Sekedar mengucapkan salam kek! Tapi Luna tidak melakukannya. Apakah karena sebegitu cintanya hingga harus disimpan diam-diam? Ahh, Ati jadi semakin heran, apa sih yang menarik dari sisi Pak Keigo?
"Lun, boleh gak aku nanya sesuatu sama kamu? Tapi jangan tersinggung ya," kata Ati saat jam istirahat.
"Boleh, mau nanya apa?" tanya Luna.
"Ehm ... sebenarnya yang kamu suka dari Pak Keigo tuh apanya sich?"
Luna tampak bingung. "Apa ya? Aku juga nggak ngerti. Gak tahu kenapa, kalau ngeliat dia, hati ini jadi seneng banget. Mungkin karena Pak Keigo pintar alias genius."
Ati merenung. Kata orang, cinta sejati itu bukanlah cinta melalui perkataan, pembicaraan, atau pertemuan. Tapi cinta yang datang sendiri lewat lubuk hati yang paling dalam. Tapi apakah cinta Luna, cinta yang seperti itu? Apakah Keigo juga merasakan cinta Luna? Ati masih bertanya tanya. Sementara itu Luna terus melakukan kebiasaannya nongkrong di pintu gerbang setiap pagi, menunggu kedatangan Pak Keigo. Memang sih, semenjak Luna suka sama Pak Keigo, ia jadi lebih pinter dalam soal matematika.
Sampai suatu hari, saat jam pelajaran matematika, Keigo belum juga datang ke kelas. Biasanya kan guru itu sangat on time dan disiplin. Luna kelihatan cemas. Pada saat itulah ketua kelas datang dan mengumumkan, "Teman teman, hari ini Pak Keigo tidak masuk sekolah. Beliau kecelakaan. Sekarang sedang dirawat di rumah sakit, katanya kakinya patah dan harus dirawat selama sebulan."
Mendengar itu Luna tampak sangat sedih. Ia tidak bisa lagi bertemu Keigo dan melihat wajahnya. Duh, yang lagi jatuh cinta memang begitu. Rasanya sulit sekali jika tidak bertemu dengan sang kekasih satu hari saja, cailee... Raut wajah Luna yang biasanya berseri-seri, menjadi muram dan kehilangan cahaya.
Teman teman di kelas mengusulkan untuk menjenguk Pak Keigo secara bergiliran. Saat Ati dan Luna kebagian giliran, Luna ikut ke rumah sakit tapi tidak masuk ke ruang rawat Pak Keigo. Gadis itu hanya berdiri di luar dan memperhatikan sang guru dari kaca pintu.
Ati jadi bingung. "Luna, kenapa kamu gak masuk?"
"Aku malu," jawab Luna simpel. Ahh…
Ati terus mengawasi gerak gerik temannya itu. Ternyata selama sebulan Keigo dirawat di rumah sakit, Luna selalu menjenguknya, tanpa pernah masuk ke ruang rawat. Setiap pulang sekolah, Luna datang ke rumah sakit itu dan ia hanya berdiri, memandangi lelaki itu dari balik kaca.
Satu bulan pun berlalu. Keigo keluar dari rumah sakit dan menjalani perawatan di rumahnya. Luna jadi sangat sedih. Ia tidak bisa lagi menjenguk dan memandang sosok pria yang dicintainya dari balik kaca. Karena, rumah Keigo letaknya sangat jauh dan agak mustahil didatangi.
Akhirnya, setelah dua bulan berlalu, Keigo bisa kembali mengajar di sekolah. Luna yang pemurung kembali ceria. la sangat gembira dan senang melihat kehadiran sang pujaan hati. Ati heran kenapa Luna tidak pernah mencoba menyatakan cintanya?
Tak terasa waktu berlalu cepat. Luna tetap mencintai Keigo secara diam diam dan tidak menerima cinta lain. Ia tidak pernah pacaran sampai lulus SMA, meskipun puluhan cowok menembaknya.
Namun Keigo tidak pernah tahu bahwa selama ia mengajar, ada seorang cewek cantik yang diam-diam mengaguminya.
Keigo tidak pernah tahu bahwa ada seorang cewek yang selalu menunggu kedatangannya di depan pintu gerbang setiap pagi. Ia tidak pernah tahu bahwa selama ia di rawat di rumah sakit, ada seorang cewek yang menjenguknya setiap hari dan memandanginya dari balik kaca. Ia tidak pernah tahu bahwa ada seorang cewek yang diam-diam menjadikannya sebagai cinta pertama.
Ati benar benar tidak memahami cara Luna mencintai seorang pria. Ia juga tak paham, bagaimana Luna bisa menganggap Keigo benar benar istimewa di hatinya. Beribu pertanyaan terkubur di hati Ati dan tidak pernah ditemukan jawabannya.
Namun sekarang Ati tahu, bahwa cinta dapat mengubah diri seseorang. Cinta membuat kita terlihat seperti orang gila. Tapi cinta juga dapat membawa kita menjadi lebih baik. Seperti halnya cinta Luna pada Keigo.
Ya. Gara-gara jatuh cinta pada sang guru, selepas SMA Luna memutuskan untuk mengambil kuliah di UPI Bandung. Ia mengikuti jejak Keigo, menjadi seorang guru matematika!
Based on true story
Copyright@2010 by BWS, dilarang meng-copy tanpa izin tertulis dari BWS.