Oleh: Tung BC, 17 tahun
(BWS Jakarta)
Memangnya kau bisa menyangkal rasa yang
tiba-tiba 'nongol' di hatimu?
Cinta pertamaku jatuh pada seorang seleb!
Bukan sulap bukan sihir, aku jatuh cinta pada seleb betulan. Dia itu artis terkenal. Cantik? Ya iyalah. Masa artis gak cantik? (Ada sih, artis yang gak cantik, contohnya: Tora Sudiro, heheh)
Siapa namanya? Nah, lo pada penasaran kan? Silakan mulai menebak-nebak. Nggak ada salahnya kok. Gratis. Tapi, jelas, aku nggak mau nyebutin namanya. Sumpah mateee….aku bisa dicekik pocong bila berani-beraninya menyebut nama dia. Disomasi – kalau kau tahu maksudku.
Baik. Aku hanya kasih clue-nya aja. Dia itu umurnya masih belia. 13 tahunan lah. Dia penyanyi, juga pemain sinetron. Rambutnya? Mmm…gimana ya? Lurus, kaleee! Namanya artis, suka-suka deh ganti rambut. Yang pasti, kulitnya hitam manis, dan kalau senyum….akhhhh, kalah deh Angelina Jolie! Maniiiiiis banget!
Nah, sudah ketebak? Bagus.
Lanjutin ya. Lo pasti penasaran, kenapa sih aku bisa jatuh cinta sama seorang artis? Emangnya aku ini siapa? Aktor-kah? Vokalis band-kah? Sutradara-kah? Pembalap-kah? Atau…stuntman?
Salah semuanya. Aku ini bukan siapa-siapa. Aku cowok yang biasa-biasa aja. Tak punya gelar. Apalagi terkenal.
Lantas, kenapa bisa jatuh cinta?
Yeee…emangnya jatuh cinta nggak boleh? Sejak kapan ada undang-undang yang ngelarang kita buat jatuh cinta? Ibaratnya kalau Sandra Dewi jatuh cinta sama tukang parkir, gak bakal ada yang bisa ngelarang kok. Jatuh cinta sah-sah aja. Toh bukan perilaku kriminal. Nggak ada pasal-pasalnya buat menjerat orang yang jatuh cinta ke meja hijau.
Jadi, who am I? Itulah intinya. Andai aku ini Tommy Kurniawan. Atawa, Adly Fayruz. Atawa, Kiki Farrel. Akan lebih mudah bagiku untuk menyatakan cinta kepada cewek pujaanku.
Iya, lalu kamu itu siapa seeeehhhh! Bertele-tele dari tadi. AYO JAWAB!
Ih, jangan galak-galak. Kalo mau nanya, biasa aja.
Baiklah, I will tell you the truth ‘bout who I am. Aku seorang sopir. Yup, SOPIR. Sopir busway? Bukan. Sopir tetangga? Bukan. Lantas? Aku sopir pribadi artis yang kupuja. In short, aku jatuh cinta kepada majikanku sendiri!
Bisa? Bisa. Buktinya sekarang aku lagi sekarat. Setiap detik, setiap menit, selalu mikirin dia. Umurku 18 tahun, sudah punya SIM, dan aku kelojotan setiapkali gadis pujaanku memanggil, “Tung, gue harus ke lokasi syuting jam 3. Cepet siapin mobilnya.”
Mendengar suaranya saja sudah membuat lututku gemetaran. Dan aku tak kuat untuk tidak melakukan perintahnya. Aku selalu patuh melakukan perintah gadis pujaanku itu. Meskipun dia galak dan agak-agak arogan, aku tetap menjalani segala titahnya dengan ikhlas. Bukan karena semata aku sadar posisiku sebagai sopir, tapi sebagai lover, aku bersedia melakukan apapun demi cinta. Termasuk jika harus menunggunya di lokasi syuting dari jam 6 pagi sampai jam 6 pagi kembali. (Ciee…gomballl!)
Sttt…jangan bilang-bilang ke wartawan infotainment yach? Bisa-bisa aku disamber, lalu dipecat dari kerjaan dengan tuduhan pencemaran nama baik. Untung kalau nanti cuma dipecat, gimana kalo sampe dituntut 6.3 triliun? Hah, ngeri dah!
Selamat pagi, kita kembali ke topik.
Sering aku bertanya kepada Tuhan. Tuhan, salah nggak sih aku jatuh cinta? Kalau salah, kenapa mesti perasaan ini ada? Kalo benar, apakah aku harus memperjuangkannya? Atau, cukup duduk manis saja dan membiarkan perasaan mencair lalu menguap seiring detak jarum jam. Hgggh…omong-omong, badanku kurus kering gara-gara susah makan. Karena cinta, selera makanku lenyap.
Maksudnya, aku sering tak sempat makan kalau lagi mengantar artis pujaanku ke sana ke mari. Jam terbangnya begitu tinggi. Baru deh, kalau ada waktu, aku mampir ke wartegnya si Engko, makan tiga piring nasi dan semur jengkol sambil bilang, “Ko, gue ngutang dulu ya.” Biasanya si Engko cengangas-cengingis mau marah, tapi segera kujawab. “Tenang aja, kalo gue kabur, lu bisa kasih bon ke majikan gue.” Hohoho…gak tanggung jawab amat ye?
Intinya, gue sedang dimabuk cinta. Dan karena nggak kuat nahan perasaan lama-lama (juga karena gue cukup ksatria), akhirnya gue suatu kali memberanikan diri menyatakan perasaan gue kepadanya.
Waktu itu dia sedang ada di dalam mobil, di jok belakang. Aku sedang nyetir, menuju lokasi syuting. Dia tampaknya sedang asyik menghapal dialog yang tercantum di kertas skenario. Untuk meraih perhatiannya, aku berdehem. “Ehm…ehm…ehm.”
“Kenapa lo, Tung? Kesedak jengkol? Makanya, makan jengkol jangan banyak-banyak, toilet di rumah gue jadi ancurr,” begitu katanya.
Aku cuma nyengir. “Gue nggak kesedak kok. Gue cuma…mau ngomong sesuatu ama lo.” (Sopir jaman sekarang emang keren, bisa nyebut lo-gue sama majikan).
“Ngomong apa?” dia melongok di kaca spion, wajahnya penasaran.
“Gue mau ngomong kalo gue jatuh cinta sama lo.”
Deg.
Dunia jadi hening.
Saking heningnya, aku hampir nabrak bajaj yang lagi nangkring di depan.
“Lo apa?” dia pura-pura salah dengar.
“Gue jatuh cinta sama lo,” ucapku mantap.
“Trus, gue harus ngapain?” tanyanya.
Tralala.
“Uhm..uhm..ya lo harus jawab.”
“Sekarang?”
“Kapan lagi? Gue nggak suka nunggu.”
“Ugh…”
Sunyi lagi. Aku pasti ditolak.
Tapi ternyata dia nggak menolakku. Dia justru menjawab, “Oke.”
Hah?
“Gue nggak salah dengar?”
“Kalo lo ngerasa belom tulalit…”
“Jadi, oke?”
“Oke?”
Aaaah, OKE. Aaaah, OKE. (Itu sih lagunya T2).
Fren, sampai di sini, aku tak tahu harus ngapain. Apakah aku harus gembira? Atau sedih? Apakah aku harus menyetop mobil, lalu membuka pintu belakang mobil dan memeluk gadis pujaanku? Atau diam saja, dan menikmati momen ini dalam hati?
Menurut lo gimana? Apa yang harus aku lakukan sekarang, setelah dia menjawab oke? Haruskah kami pacaran? Darimana memulainya? Akankah ini serius? Gimana dengan ortunya si gadis, pasti marah besar kalau tahu putrinya pacaran dengan sopir sendiri, bisa-bisa aku dipecat secara tidak hormat lalu jadi pengangguran. Akankah cinta beda kasta ini berhasil? Mendingan sad ending atau happy ending yach?
Aku sungguh bingung. Confused. What next?
“Tuuuuuung, cepat ke sini!” tiba-tiba sebuah lengkingan suara mengagetkanku.
Aku mengucek mata dan buru-buru melangkah ke garasi. Di sana gadis pujaanku sedang berdiri dan berkacak pinggang. “Ke mana aja sih lo, Tung? Bukannya siapin mobilnya! Ini udah jam 3, tahuuu! Dasar sopir pemalas! Ayo cepetan berangkat! Gue udah telat!!”
Oh lala. Rupanya aku tertidur, dan semua ini cuma mimpi. Ternyata, aku masih menjadi seorang sopir.
“Kenapa sih lo molor melulu?” majikan cantikku memaki, saat sudah duduk di jok belakang mobil sambil menghapal skenario.
“Karena, gue jatuh cinta sama lo.”
“Hah? APAAAA???!! Lo jatuh cinta sama gue??? Jangan gila, dong!”
“Um…um…maaf, Non. Kalo nggak salah, itu kalimat yang saya baca di skenario.”
“Jadi lo ngintip-ngintip skenario gue??!!”
Nah…mati, aku!
Copyright@2008 by BWS, dilarang meng-copy tanpa izin tertulis dari BWS